JakArt@2004 Festival à la Carte Artists – Teater UGM

Teater UGM
Theatre group from the
Gajah Mada University
Yogyakarta

Teater Gajah Mada


Biography

Gajah mada theatre was a school theatre formed by Mochtar Pabottinggi at 1973.  In their journey, the theatre’s existence was strengthened by Mirkoen Awali, Landung Simatupang, Heru Sambawa, Suharyoso S.K. and others.  Gajah Mada Theatre also does several activities such as monthly Poetry Night, performances every three months.  Gajah Mada Theatre’s performances are Aria da Capo and Kebebasan abadi (1997), The Lesson and Prabu Randumulus (1998), Lithuania by Rupert Brooke (1999), tour performances of Pesta Pencuri by Joan Anoilh (1999-2000) with the direction of Landung Simatupang and Heru Sambawa, tour performances of plays by Anton Chekov and Jean Tardieu (2001), and they received 4 awards at the National College Theatre Festival at Samarinda, then they won an award as the best performers at the College Art Week for the province of Yogyakarta.

 

Alang-alang Synopsis:  The background for the story is a folktale that comes from around Langse Parang Tritis Cave , Yogyakarta , that was connected to the development of the spread of Islam in Java, especially around the shores that always were concerned with economic problems.  In times like these, the wife makes things worse by pressuring and demanding change in life no matter how.  In this story, because he can not stand the heated situation, Slamet – the husband – tries to find a solution to his household problems even though when he begins his journey he doesn’t know where to start.  But he means to make his wife happy so he sets out anyway.

 

Modhin Karok Synopsis:  muadzin from Sumenep, Madura, tries to uphold the existence of adzan as a way to keep peace on Earth.  With great anxiety, he watched the muslim priests use religion as a way to gain power in the name of their followers.  So Modhin Karok – the muadzin – plan to increase the function of ulama and religion in his unique way. He ordered his students to take the muslim priests’ treasures, so he can return them.  This way Modhin Karok will have a chance to meet the priests and accomplish his mission.

 


 

Biografi

Teater Gajah Mada adalah teater kampus yang didirikan atas prakarsa Mochtar Pabottinggi tahun 1973. Dalam perjalanannya, eksistensi Teater Gajah Mada diperkuat antara lain oleh Mirkoen Awali, Landung Simatupang, Heru Sambawa, Suharyoso S.K. dkk. TGM mempunyai beberapa kegiatan yang dilakukan berkala, antara lain; Malam Puisi sebulan sekali, Pentas Repetoar 3 bulanan. Proses-proses terakhir Teater Gajah Mada yang patut dicatat sebagai proses pendewasaan TGM antara lain: pentas Aria da Capo dan Kebebasan Abadi (1997); pentas The Lesson dan Prabu Randumulus (1998); Lithuania karya Rupert Brooke (1999); pentas keliling Pesta Pencuri karya Joan Anoilh (1999-2000; Bandung, Purwokerto, Surabaya, Solo dan Yogyakarta) dengan sutradara Landung Simatupang dan Heru Sambawa; pentas keliling karya- karya Anton Chekov dan Jean Tardieu (2001; Denpasar, Malang, Jember dan Yogyakarta); Aria da Capo (Edna St Vincent Millay – 2001) yang meraih 4 penghargaan pada Festival Teater Mahasiswa Nasional di Samarinda; The Death Trap (H.H Munro) yang meraih penghargaan sebagai penyaji terbaik pada Pekan Seni Mahasiswa tingkat Provinsi DIY tahun 2002.

 

 

Sinopsis Alang-Alang:  Cerita ini dilatarbelakangi oleh satu cerita rakyat yang berkembang di sekitar Gua Langse Parang Tritis, Jogjakarta yang tidak terlepas dari perkembangan penyebaran agama Islamdi Jawa khususnya di daerah pesisir yang selalu terbentur permasalahan ekonomi keluarga (Sandang, Pangan, Papan). Disaat semacam ini, istrinya justru semakin meperkeruh keadaan rumah tangga dengan selalu menekan dan menuntut perubahan nasib menjadi lebih baik bagaimanapun caranya, tanpa memperdulikan dengan keadaan suami. Karena tidak tahan dengan kondisi rumah yang selalu diwarnai pertengkaran, Pak Slamet-demikian tokoh pria dinamakan- berusaha mencari solusi atas persoalan rumah tangganya, walaupun ketika dia memulai pengembaraannya, dia tidak tahu harus memulai dari mana. Namun dengan tekad demi membahagiakan istrinya maka tetaplah ia berangkat berkelana.

 

Sinopsis Modhin Karok:  Seorang muadzin dari daerah Sumenep, Madura, mencoba mempertahankan eksistensi adzan sebagai bentuk pertahanan kokoh dalam menegakkan kedamaian di bumi. Dengan berbagai kegelisahannya terhadap penyalahgunaan agama sebagai alat melanggengkan kekuasaan hingga para ulama / kiai yang mengatasnamakan umat demi kepentingan-kepentingan pribadi. Maka Modhin Karok (MK) berniat meningkatkan kembali akan fungsi ulama dan agama dengan caranya yang unik. MK lalu memerintahkan para santrinya untuk mencari harta milik para kiai-kiai tersebut, yang nantinya barang-barang tersebut akan dikembalikan lagi. Dengan demikian MK mempunyai kesempatan untuk bertamu dengan para kiai dan melaksanakan misinya.